Minggu, 15 Agustus 2010

5 Cara mengasah otak

Penelitian menunjukkan banyak yang dapat anda lakukan untuk mengasah ketajaman otak. Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan untuk membantu mempertahankan kecerdasan otak. Antara lain:

1. Tenang
Peneliti di California Institute of Technology mengatakan otak akan mengingat lebih baik saat santai. Sediakan waktu beberapa menit setiap hari untuk menarik napas dalam-dalam atau meditasi.

2. Fokus pada masa depan
Berdasarkan penelitian baru-baru ini, orang yang secara rutin membuat rencana dan menantikan acara yang akan datang risiko terkena Alzheimernya berkurang 50 persen. Jangan khawatir bila anda tidak memiliki banyak acara yang bisa mengubah hidup anda. Buat janji dengan teman anda untuk bertemu dan mengobrol.

3. Jalan-jalan
Para peneliti dari Universitas Columbia mengatakan kadar glukosa yang agak tinggi (bahkan bila anda tidak mengidap diabetes) bisa membahayakan daerah otak yang membantu anda membentuk ingatan. Para ahli setuju bahwa kegiatan fisik bisa membantu kadar gula darah turun menjadi normal.

4. Makan blueberry
Robert Krikorian, PhD profesor psikiatri dan ahli saraf di Universitas Cincinanati, mengatakan blueberry memiliki senyawa yang disebut "anthocyanin" yang membantu komunikasi antara sel otak dan muncul untuk meningkatkan ingatan.

5. Mempelajari sesuatu yang baru
Belajar bahasa Spanyol secara online, mengikuti kursus menjahit atau belajar bermain tenis. Penelitian di University of California Irvine menemukan bahwa rangsangan mental membatasi efek melemahkan penuaan pada ingatan dan pikiran.(Ant)

Kiat berpuasa bagi penderita Hipertensi

Berpuasa Ramadan menjadi kewajiban setiap muslim untuk menahan lapar, haus dan nafsu selama satu bulan penuh. Dari beberapa khasiat kesehatan, berpuasa juga bermanfaat menstabilkan tekanan darah penderita hipertensi dengan tetap menjalani pola hidup sehat. Berikut kiatnya:

Hasil penelitian terbaru sejumlah ilmuwan dari Universitas Khyber Medical College Pakistan menunjukkan penderita darah tinggi biasanya kesulitan mengontrol tekanan darah dalam kadar normal. Pola hidup serta mengonsumsi makan yang kurang baik menjadi salah satu penyebab. Terlebih, faktor bertambahnya usia (30 hingga 50 tahun) yang diikuti perubahan sistem jantung dan pembuluh darah juga menjadi pemicunya.

Peneliti Universitas Khyber mengatakan berpuasa dapat membantu "membersihkan" tubuh seseorang dari penyakit. Bahkan, kadar kolesterol dan gula darah 24 pasien hipertensi yang diteliti mengalami penurunan yang signifikan. Selain itu, penderita hipertensi juga diingatkan agar tetap mengatur pola hidup sehat serta menghindari mengonsumsi makananan berlemak dan produk makanan yang digoreng.

Secara rinci, para ilmuwan asal Pakistan berpesan pasien tetap bisa mengonsumsi asupan lemak asalkan bersumber dari produk nabati dan ikan. Sedangkan jika masih doyan makanan yang digoreng gunakanlah minyak zaitun yang berasal dari biji buah matahari. Namun, mereka menekankan agar penderita hipertensi "membatasi" asupan garam dan protein saat sahur maupun berbuka. Sebab, garam dan protein merupakan asupan "haram" bagi penderita hipertensi.(ADI/ANS/www.preventionindonesia.com)

10 Tips menjaga kesehatan

Disini gw coba ngumpulin artikel-artikel kesehatan yg gw temui, dan sangat simple yang bisa anda lakukan sendiri di rumah..
mungkin ada yg bermanfaat bagi icomers.. so silahkan di baca baik-baik dan selamat mencoba

Jaga Kesehatan Mata dengan Biji Pepaya
Bagaimana menjaga kesehatan mata? Menurut dr. Rini Mahendra SpM cara yang mudah dilakukan, salah satunya ialah dengan mengonsumsi biji pepaya. Mengapa biji pepaya? Konon biji pepaya mengandung senyawa likopen yang penting bagi kesehatan mata. Bila Anda tidak tahan akan rasa getirnya, maka Anda dapat mengonsumsinya dengan ditambah madu, atau sebagai campuran minum teh. Selain itu bisa juga biji tersebut dijemur atau disangrai untuk kemudian dimakan sebagai snack. Konsumsilah secara teratur, kira-kira tiga kali sehari sebanyak sepuluh butir.

Biji Tomat Cegah Penyakit Jantung
Anda suka minum jus tomat tapi kerapkali membuang bijinya? Mungkin setelah membaca artikel ini kebiasaan itu harus diubah. Berdasarkan riset yang dilakukan Rowett Research Institute di Scotlandia, ditemukan bahwa cairan licin atau jelly berwarna kuning yang terdapat disekitar biji tomat mengandung senyawa atau bahan campuran yang manjur untuk melawan stroke dan penyakit jantung. Bila Anda meminum jus tomat tanpa membuang bijinya, maka Anda telah mengurangi risiko terjadinya penggumpalan darah sekitar 72 persen, hingga dapat Anda dapat terhindar dari penyakit jantung.

Jangan Lama Mencelup Teh
Teh diakui berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Teh juga telah menjadi konsumsi khalayak luas sebagai minuman sehari-hari. Teh dikemas dalam bentuk teh celup juga teh bubuk. Namun ada yang perlu diperhatikan pada teh celup, yaitu pemakaiannya. Teh celup sebaiknya tidak dicelupkan terlalu lama. Ini berlaku untuk semua teh, berwarna maupun teh hijau.
Ini disebabkan adanya kandungan zat klorin dalam kantong kertas teh celup. Zat ini fungsinya untuk disinfektan kertas sehingga kertas akan terbebas dari bakteri pembusuk dan tahan lama. Kertas dengan klorin tampak lebih bersih. Namun disinfektan dalam jumlah besar tidak berbeda jauh dengan racun serangga.
Sehingga dianjurkan jangan mencelupkan teh celup dalam waktu lama. Jika mencelup kantong teh lebih dari 3-5 menit, klorin akan ikut larut dalam teh. Agar terhindar dari kemungkinan-kemungkinan penyakit, sebaiknya jangan mencelup kantong teh lebih dari 3 menit.

Kumur-kumur Saat Asma
Asma merupakan salah satu penyakit kronik terbanyak pasiennya di dunia. Menurut dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, diperkirakan pada tahun 2005 ada tambahan sekitar 100 juta pasien asma di dunia.
Pengobatan asma ada yang bersifat pelega (reliever), ada pula yang bersifat pengontrol (controller). Obat asma yang paling aman dan efektif adalah yang diberikan dalam bentuk disemprot atau dihisap (inhaler) karena akan langsung masuk ke saluran nafas, efeknya cepat, efek samping minimal, dan dosisnya kecil.

Luka Sayat
Si kecil mengalami luka akibat bermain pisau hingga kulitnya tersayat?
Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
• Jika lukanya kecil, cukup ditekan saja beberapa detik dengan kapas atau perban steril untuk mengeringkan dan menghentikan perdarahan.
• Jangan mengoles luka dengan kapas karena dapat merusak pinggiran luka hingga perdarahan baru bertambah. Berikan larutan antiseptik untuk mencegah infeksi.
• Kalau darah sudah mengering/berhenti baru ditutup dengan plester

Pertolongan Pertama Demam
Yang penting dilakukan ialah menurunkan suhu tubuh penderita, bisa dengan mengompres menggunakan air dingin, memberikan obat penurun panas, juga disertai pengipasan agar panas tubuh segera menguap. Kompreskan air dingin di dada sebelah kiri atau ubun-ubun kepala yang bermanfaat menurunkan panas lebih cepat. Lebih aman menggunakan obat penurun panas jenis parasetamol, yang banyak dijual bebas, terutama bagi anak usia dibawah 5 tahun.

Perawatan Untuk Lingkaran Hitam di Sekitar Mata
Parutan kentang bisa mengurangi warna hitam di lingkaran mata. Kentang mengandung enzim yang bernama catecholase, yang sering digunakan sebagai bahan kosmetik dengan tujuan mencerahkan kulit. Blender sebutir kentang dan bungkus kentang yang diblender dengan kain bersih. Tempelkan langsung pada daerah di bawah mata, dan diamkan selama 15-20 menit. Jangan biarkan kentang masuk ke dalam mata. Bersihkan.

Mengurangi Kerutan di Wajah
Untuk mengurangi kerutan di wajah, bisa digunakan cara mudah dan murah yaitu dengan memanfaatkan anggur berwarna hijau. Anggur jenis ini sering digunakan sebagai salah satu bahan kosmetik krim anti kerut.
Tapi Anda bisa membuat sendiri ramuan anti kerut, caranya belah anggur jadi dua kemudian gosokan ke wajah dan leher. Pastikan Anda menggosokannya di area di sekitar mulut. Diamkan selama 20 menit dan basuh dengan air hangat-hangat kuku.
Lakukan setiap hari, dan Anda akan melihat perubahan pada wajah Anda. Jangan lupa minum air putih minimal delapan gelas sehari. Dan makan makanan yang kaya mengandung vitamin A seperti wortel, seledri dan bayam. Usakan tidur delapan jam sehari.

Masker Apel untuk Kulit Berminyak
Masker ini sangat cocok untuk kulit berminyak, pembuatan dan pemakaiannya pun sangat mudah.
Bahan-bahan:
• Satu buah apel ukuran sedang, diparut
• Lima sendok makan madu
Campur parutan apel dan madu dengan baik. Oleskan ke seluruh wajah dan biarkan selama 10 menit. Basuh dengan air dingin.

Sauna Kulit Wajah
Perawatan kulit yang baik salah satunya dengan sauna wajah. Yang Anda butuhkan adalah mangkuk yang diisi dengan air panas yang ditambahkan dengan beberapa minyak essential yang disesuaikan dengan jenis kulit:

Normal: Mandarin dan Lavender
Berminyak: Lemon dan Minyak Kayu Putih
Kering: Mawar dan Camomile

Lilitkan handuk di atas kepala, dan uapi wajah Anda dengan jarak 30 cm dari mangkuk selama kurang lebih dua menit. Langkah ini akan membuka pori-pori sehingga kulit siap untuk dimasker. Sebaiknya Anda tidak melakukan sauna wajah jika kulit sensitif, sedang hamil atau menderita asma.
Untuk minyak essential, Anda bisa membelinya di gerai-gerai khusus kosmetik. Mustika Ratu dan Sari Ayu juga menjual minyak essential jenis-jenis di atas.

7 Fakta Menarik Rajin Nge-seks

Ingin mengetahui manfaat berhubungan seks, Anda sebaiknya mengetahui beberapa fakta menarik yang dipaparkan Your Tango berikut:


Mengkilatkan rambut dan kulit


Untuk wanita, estrogen ekstra dari orgasme membuat rambut bersinar. Keringat yang dihasilkan selama berhubungan seks bisa membersihkan pori-pori. Sehingga tak perlu terkejut bila kulit Anda tampak lebih bersinar pascaberhubungan intim. Serotonin memproduksi pijaran yang membuat kulit Anda bersinar.


Efek menenangkan


Seks sepuluh kali lebih efektif dari valium, tanpa efek samping. Selain itu, rutin bercinta bisa mengatasi hidung tersumbat. Seks adalah antihistamin alami. Seks bahkan bisa membantu melawan demam dan asma yang Anda derita. Wow!


Merampingkan bokong dan perut


Berhubungan seks secara rutin dapat merampingkan bokong dan perut Anda. Plus, bonus lainnya bisa memperbaiki postur tubuh Anda.


Meningkatkan kekebalan tubuh


Endorfin merangsang sel sistem kekebalan tubuh yang melawan penyakit. Seks juga bisa membuat Anda awet muda. Pasalnya, seks benar-benar memperlambat proses penuaan. Selain itu, seks turut menurunkan tingkat kortisol dalam aliran darah yang mana mengurangi stres dan memperlambat proses penuaan.


Perlindungan terhadap penyakit Alzheimer dan osteoporosis


Wanita yang berhubungan seks lebih sering, konon memiliki tingkat estrogen yang lebih tinggi, yang melindunginya dari penyakit Alzheimer dan osteoporosis.


Peningkatan indera penciuman



Setelah berhubungan seks, produksi prolaktin mengalami lonjakan. Dimana hal ini menyebabkan batang sel di otak dapat mengembangkan neuron baru di pusat bau otak (bohlam penciuman). Jadi jangan heran bila Anda menjadi sensitif mencium harum tubuh pasangan.


Menurunkan bobot tubuh


Aktivitas seks yang mengebu-gebu dapat membakar minimal dua ratus kalori. Total kalori yang dibakar hampir sama dengan berjalan selama lima belas menit di treadmill.


Kabar baik lainnya, peneliti Inggris menentukan bahwa mengonsumsi burger Big Mac sebanyak enam porsi dapat dibakar dengan berhubungan seks tiga kali dalam sepekan selama satu tahun.
Dalam bahasa latin Jambu ini artinya adalah Psidium Guajava. Bahasa Inggrisnya Guava. Kita sering mengenalnya jambu klutuk.

Buah ini sangat kaya vitamin C dan beberapa jenis mineral yang mampu menangkis berbagai jenis penyakit dan menjaga kebugaran tubuh. Daun dan kulit batangnya mengandung zat anti bakteri yang dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit . Selain vitamin C, jambu biji juga mengandung potasium dan besi.

Selain anti-oksidan, vitamin C disini memiliki fungsi menjaga dan memacu kesehatan pembuluh kapiler, mencegah anemia, sariawan, gusi berdarah, dll. Selain itu juga vitamin C disini juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam melawan berbagai inveksi. Sehingga kita tidak mudah sakit seperti sakit flu, batuk, demam, dll. Vitamin C disini juga berperan dalam pembentukan kolagen yang sangat bermanfaat untuk menyembuhkan luka.
Ketersiadaan vitamin C yang cukup dalam darah dapat mendorong selenium dalam menghambat sel kanker, terutama kanker paru-paru, prostat, payudara, usus besar, empedu dan otak.

Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada bagian kulit serta daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Sehinga, jambu biji lebih baik dikonsumsi beserta kulitnya.

Manfaat jambu biji
Buah jambu biji terkenal multi manfaat. Untuk pengobatan sariawan, potonglah segengam daum jambu biji dan satu jari kulit batang jambu biji sesuai keperluan, cuci sampai bersih, lalu rebus dalam air sampai mendidih. Setelah dingin, disaring, lalu diminum.

Untuk luka berdarah, bisa dengana mencuci terlebh dahulu daun jambu biji yang baru dipetik, lalu digiling. Selanjutnya tempelah pada luka dan balut memakai perban. Ganti perban dan ramuan 3 kali sehari sampai sembuh.
Ranting mudanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit keputihan (leukorea). Akarnya dapat menyembuhkn penyakit disentri, yaitu dengna cara merebus 15-30 gram daun jambu biji segar, lalu air rebusannya diminum. Air rebusannya juda dapat digunakan untuk mencuci luka.

Buah jambu biji merah dapat digunakan dalam meningkatkan trombosit dalam darah bagi penderita demam berdarah. Selain itu juga buah jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan kencing manis (diabetes mellitus), kadar kolersterol darah tinggi (hiperkolesterolemia), dan mengobati sembelit. Disarankan memilih buah jambu biji yang berwarna merah.

Label: vitamin, jambu biji

TIPS KESEHATAN: TERAPI AIR PUTIH

Tuhan telah memberi kita air yang banyak dan gratis. Tanpa mengeluarkan uang untuk obat-obatan, tablet, suntikan, diagnosa, upah dokter,dll. Hanya minum air minum, penyakit di bawah ini bisa disembuhkan. Anda tak akan percaya sebelum melakukannya. Di bawah ini daftar penyakit yang dapat disembuhkan oleh terapi ini:
Tuhan telah memberi kita air yang banyak dan gratis. Tanpa mengeluarkan uang untuk obat-obatan, tablet, suntikan, diagnosa, upah dokter,dll. Hanya minum air minum, penyakit di bawah ini bisa disembuhkan. Anda tak akan percaya sebelum melakukannya. Di bawah ini daftar penyakit yang dapat disembuhkan oleh terapi ini:
Sakit Kepala
Asma
Hosthortobics
Darah Tinggi
Bronchitis
Kencing Manis
Kurang Darah
TBC
Paru-paru
Penyakit Mata
Rematik
Radang Otak
Lumpuh
Batu Ginjal
Haid Tidak Teratur
Kegemukan
Penyakit Saluran Kencing
Leukimia
Radang/Sakit Persendian
Kelebihan Asam Urat
Kanker Peranakan
Radang Selaput Lendir
Mencret
Kanker Payudara
Gangguan Jantung
Disentri
Radang Tenggorokan
Mabuk, Pusing, Gamang
Ambeien
Sembelit
Batuk
Bagaimana Air Minum Itu Bekerja?
Meminum air minum biasa dengan metode yang benar, memurnikan tubuh manusia. Hal itu membuat usus besar bekerja dengan lebih efektif dengan cara membentuk darah baru, dalam istilah medis dikenal sebagai aematopaises. Bahwa mucousal fold pada usus besar dan usus kecil diaktifkan oleh metode ini, merupakan fakta tak terbantah,
seperti teori yang menyatakan bahwa darah segar baru diproduksi oleh mucousal fold ini. Bila usus bersih, maka gizi makanan yang dimakan beberapa kali dalam sehari akan diserap dan dengan kerja mucousal fold, gizi makanan itu diubah menjadi darah baru.
Darah merupakan hal paling penting dalam menyembuhkan penyakit dan memelihara kesehatan, dan karena itu air hendaknya dikonsumsi dengan teratur.
Bagaimana Melakukan Terapi Air ini ?
Pagi hari ketika anda baru bangun tidur (bahkan tanpa gosok gigi terlebih dahulu) minumlah 1.5 liter air, yaitu 5 sampai 6 gelas. Lebih baik airnya ditakar dahulu sebanyak 1.5 liter. Ketahuilah bahwa nenek moyang kami menamakan terapi ini sebagai "usha paana chikitsa".
Setelah itu anda boleh mencuci muka. Hal yang sangat penting untuk diketahui bahwa jangan minum atau makan apapun satu jam sebelum dan sesudah minum 1.5 liter air ini. Juga telah diteliti dengan seksama bahwa tidak boleh minum minuman beralkohol pada malam sebelumnya. Bila perlu, gunakanlah air rebus atau air yang sudah disaring.
Apakah mungkin Minum 1.5 Liter Air Sekaligus?
Untuk permulaan, mungkin akan terasa sulit meminum 1.5 liter air sekaligus, tapi lambat laun akan terbiasa juga. Mula-mula, ketika latihan, anda boleh minum 4 gelas dulu dan sisanya yang 2 gelas diminum dua menit kemudian. Awalnya anda akan buang air kecil 2 sampai 3 kali dalam satu jam, tapi setelah beberapa lama, akan normal kembali. Menurut penelitian dan pengalaman, penyakit-penyakit berikut diketahui dapat disembuhkan dengan terapi ini, dalam waktu seperti tertulis di bawah ini:
Sembelit - 1 Hari
TBC Paru-Paru - 3 Bulan
Kencing Manis - 7 Hari
Asam Urat - 2 Hari
Tekanan Darah - 4 Minggu
Kanker - 4 Minggu
Catatan :
Disarankan agar penderita radang / sakit persendian dan rematik melaksanakan terapi ini tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan malam satu jam sebelum makan-selama satu minggu, setelah itu dua kali sehari sampai penyakitnya sembuh.
Kami mohon dengan sangat, metode di atas dibaca dan dipraktekkan dengan seksama. Sebar luaskanlah pesan ini kepada teman-teman, sanak saudara dan tetangga karena hal ini merupakan persembahan pada kemanusiaan. Dengan rahmat Tuhan, setiap orang hendaknya menjalani hidup sehat
" BILAMANA ANDA BERPARTISIPASI DALAM PENEBARAN INFORMASI INI ANDA BAGAIKAN SEORANG DOKTER YANG TELAH MENYEMBUHKAN BERIBU-RIBU BAHKAN BERJUTA-JUTA MANUSIA "
[unknown]
sumber: milis kesehatan

Sabtu, 14 Agustus 2010

Obat Antiboitik

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.

Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya kuinolon).

Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.

Artinya, antibiotika tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia.

Antibiotika adalah obat yang sangat ampuh dan sangat bermanfaat jika digunakan secara benar. Namun, jika digunakan tidak semestinya antibiotika justru akan mendatangkan berbagai mudharat.

Yang harus selalu diingat, antibiotika hanya ampuh dan efektif membunuh bakteri tetapi tidak dapat membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat diobati dengan antibiotika adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah karena penggunaan antibiotika yang tidak tepat, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat dosis.

Tidak tepat sasaran, salah satunya adalah pemberian antibiotika pada pasien yang bukan menderita penyakit infeksi bakteri. Walaupun menderita infeksi bakteri, antibiotika yang diberikan pun harus dipilih secara seksama. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu.

Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama. Ketepatan dosis sangat penting diperhatikan.

Tidak tepat dosis dapat menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan justru dapat merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga resisten terhadap antibiotika.

Karena itu, jika dokter memberikan obat antibiotika, patuhilah petunjuk pemakaiannya dan harus diminum sampai habis.

Pemakaian antibiotika tidak boleh sembarangan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Itu sebabnya, antibiotika tidak boleh dijual bebas melainkan harus dengan resep dokter.

Terlalu sering mengonsumsi antibiotika juga berdampak buruk pada ''bakteri-bakteri baik'' yang menghuni saluran pencernaan kita. Bakteri-bakteri tersebut dapat terbunuh, padahal mereka bekerja membuat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan kita.

Golongan antibiotika

Antibiotika dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
2. Sefalosforin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
3. Klorampenikol, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
4. Makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
5. Penisilin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan.
6. Antibiotika golongan beta laktam golongan lain, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
7. Kuinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri.
8. Tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
9. Kombinasi antibakteri
10. Antibiotika golongan lain

Untuk pemilihan antibiotika yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

Fungsi Otak

Dalam proses mengingat, otak memainkan peranan besar. Otak dapat terbagi atas otak kiri dan otak kanan. Fungsi otak kiri berkaitan dengan logika, angka, tulisan, kecerdasan, hitungan, analisa, dan untuk ingatan jangka pendek (short term memory). Sedangkan otak kanan kita diguakan untuk kreativitas, imajinasi, musik, warna, bentuk, emosi dan untuk ingatan jangka panjang (long term memory).

Ingatan akan lebih bertahan lama jika dalam mengingat menggunakan otak kanan. Untuk dapat mengingat dengan baik, perlu melatih otak agar berfungsi dengan optimal. Sayangnya, lebih banyak orang yang menggunakan otak kiri dalam proses mengingat. Otak kiri kebanyakan orang lebih berkembang tanpa diimbangi perkembangan otak kanan. Karena otak kiri merupakan ingatan jangka pendek, maka informasi yang disimpan di otak kiri akan lebih mudah terlupakan.

Oleh karena itu, jika ingin menyimpan dalam otak kanan, informasi harus diubah menjadi cerita atau gambar. Karena otak kanan tidak mengenal tulisan atau angka. Latihan diperlukan agar dapat mengembangkan otak kanan. Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan.


Total Story Technique (TST)

Teknik ini dilakukan dengan cara membuat cerita singkat dari hal-hal yang akan kita hafalkan. Misalnya kita akan berbelanja di supermarket untuk membeli beras, shampo, susu, permen karet, pembersih lantai, telur, kecap, keju, saos tomat, tisu. Daripada berusaha menghafalnya, lebih baik Anda membuat cerita untuk hal-hal ini menjadi Dewi Sri (merupakan legenda dewi padi yang menggambarkan beras) sedang keramas (shampo) sambil mandi susu. Sedangkan di luar, si Mbok yang sedang mengunyah permen karet sambil mengepel (permbersih lantai) sudah menyiapkan telur rasa kecap bertabur keju dan saos tomat yang lembut seperti tisu.

Cerita tersebut benar-benar divisualisasikan dan dibayangkan. Kembangkan imajinasi Anda dengan menambahkan warna, bunyi, benda-benda pendukung dan gerak pada cerita tersebut. Misalnya, bayangkan tempat mandi berwarna pink tempat Dewi Sri mandi susu, bayangkan si Mbok yang sudah tua dan memakai kebaya abu-abu sedang mengepel halaman, dengarkan suara kunyahan permen karet di mulutnya, dan bayangkan Anda mencicipi telur yang rasanya seperti kecap, bayangkan bentuk telur yang bertabur keju dan saos tomat, dan bayangkan Anda bisa memegang telur tersebut dan merasakan kelembutannya yang seperti tisu.

Jadikan bayangan tersebut nyata di hadapan Anda. Dengan contoh cerita ini, kita telah melatih otak kanan yang berfungsi dalam kreativitas dan imajinasi. Kreativitas tercipta saat kita membuat suatu cerita singkat dan imajinasi turut berperan saat kita memvisualisasikan cerita tersebut.


Total Word Technique (TWT)

Pada teknik ini informasi yang ingin diingat diubah menjadi singkatan-singkatan atau jika informasi yang akan diingat merupakan kata-kata asing, dapat diubah menjadi kata-kata yang kedengarannya hampir sama. Teknik ini sering disebut juga dengan istilah jembatan keledai. Setelah itu, baru dibuat cerita agar dapat diterima oleh otak kanan.

Misalnya, ketika harus menghafal 8 planet mulai dari yang terdekat matahari. Urutannya adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Jika menghafalnya terasa sulit, bisa diubah menjadi kalimat "Mengendarai Vespa Bukan Mainan, Judi Sahabat Urip Nekad".

Kalimat tersebut menggunakan beberapa huruf depan atau suku kata pertama dari urutan planet yang ingin diingat. Mengendarai untuk mengingat Merkurius, Vespa untuk Venus, Bukan untuk Bumi, Mainan untuk Mars, Judi untuk Jupiter, Sahabat untuk Saturnus, Urip untuk Uranus, Nekad untuk Neptunus. Dengan membayangkan tokoh-tokoh dan yang sedang dilakukan, Anda dapat lebih mengingatnya.


Total Number Technique (TNT)

Teknik ini digunakan untuk mengingat angka-angka. Karena otak kanan tidak mengenal angka atau tulisan, maka perlu dibuat cerita agar dapat dikenali otak kanan. Misalnya, Anda harus mengingat angka 212.007.217.080.205. Anda dapat mengubahnya menjadi cerita seperti Wiro Sableng (212) dan James Bond (007), keduanya (2) sedang mengikuti upacara kemerdekaan (1708) pada hari pendidikan nasional (0205).

Tetapi, tidak semua kombinasi angka merupakan angka yang sudah dikenal seperti diatas. Untuk itu, Anda dapat membuat cerita sendiri dengan mengubahnya menjadi kode yang dapat diterima oleh otak kanan yaitu dalam kode bentuk atau bunyi. Anda dapat mengubah angka menjadi kode bentuk atau bunyi seperti berikut:
Angka Kode Bentuk Kode Bunyi
0 Bola Gosong
1 Tiang Sepatu
2 Bebek Tua
3 Telinga Mentega
4 Perahu Layar Ketupat
5 Perut Gendut Delima
6 Cerutu Tanam
7 Cangkul Baju
8 Kacamata Papan
9 Raket Jalan

Kode bentuk dan kode bunyi juga dapat diciptakan sendiri sesuai kreativitas Anda. Sekarang misalnya Anda harus mengingat password 284670, dapat diubah menjadi kalimat:
Mengingat dengan Kode Bentuk
Bebek (2) berkacamata (8) naik perahu layar (4) dengan tangan kanan memegang cerutu (6) dan tangan kiri memegang cangkul (7) asyik bermain bola (0).

Mengingat dengan Kode Bunyi
Kakek tua (2) membeli papan (8) dan ketupat (4) dari orang yang sedang menanam (6) baju (7) gosong (0).

Metode mengingat yang dijelaskan diatas hanya beberapa contoh teknik mengingat yang dapat digunakan, karena masih ada metode-metode lainnya. Metode mengingat tersebut akan membuat Anda dipacu untuk terus kreatif dalam menciptakan cerita singkat, membayangkan dan mengimajinasikannya.

Imajinasi Anda akan semakin terasah saat Anda menambahkan warna-warna pada bayangan cerita Anda, menambahkan gerak, aroma atau hal lainnya sehingga imajinasi Anda semakin menarik. Jika bisa, buatlah menjadi cerita yang lucu atau cerita yang tidak masuk akal. Ini akan membantu informasi lebih teringat.

Anda juga dapat mencoba untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Dengan demikian, menghafal dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk mereka. Ini juga akan menjadi latihan yang baik untuk otak kanan yang bisa memacu kreativitas dan mengoptimalkan otak anak.

Jika Anda sudah mencoba mengingat dengan metode-metode tersebut, menyimpan informasi di otak kanan Anda, informasi tidak akan cepat terlupa dan membantu mengoptimalkan otak dan membantu daya ingat Anda. Selamat mencoba!

Pap Smear

Pap Smear atau Papanicolaou smear merupakan salah satu metode untuk mendeteksi secara dini infeksi HPV yang merupakan penyebab kanker serviks. Nama Pap smear diambil menurut nama dokter Yunani yaitu George N. Papanicolaou, yang merancang metode mewarnai pulasan sampel sel-sel untuk diperiksa. Dokter ini yang merancang metode tes Pap smear sekitar 50 tahun yang lalu.

Sejak ditemukannya metode Pap smear konvensional, maka jumlah kematian akibat kanker serviks menurun. Meski demikian untuk menurunkan risiko terkena kanker serviks, setiap wanita sebaiknya melakan tes Pap smear secara rutin yaitu setiap tahun. Karena beberapa tipe kanker serviks atau kanker leher tertentu telah meningkat jumlahnya.

Banyak wanita yang terjangkit kanker serviks tidak secara rutin melakukan pemeriksaan Pap smear. Karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan Pap smear untuk mendeteksi secara dini terhadap infeksi HPV yang bisa berkembang menjadi sel pre-kanker dan pada tingkat berikutnya menjadi penyebab kanker serviks.

Bagaimana pemeriksaan Pap smear dilakukan? Berikut ini beberapa tahapan yang harus dilalui saat melakukan pemeriksaan Pap smear:

* Dokter atau tenaga ahli akan mengambil sampel dari serviks atau leher rahim. Caranya dengan menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim.
* Sampel tersebut akan dioleskan ke gelas slide untuk dianalisa.
* Gelas slide dikirim ke laboratorium untuk dianalisa di bawah mikroskop.
* Tujuan analisa untuk mengecek apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal.

Pap Smear
Metode yang paling umum untuk deteksi dini kanker serviks.

Kelebihan Pap Smear

* Bisa dilakukan di berbagai rumah sakit dan bahkan ada di tingkat Puskesmas
* Biaya pemeriksaan relatif murah dan terjangkau


Kekurangan Pap Smear

* Sampel yang diambil tidak dari seluruh bagian serviks sehingga ada bagian yang bisa jadi tidak terdeteksi
* Mungkin tidak memperlihatkan kondisi sel yang sebenarnya
* Akurasi antara 80% hingga 90%


Thin Prep

Thin prep merupakan metode berbasis cairan yang lebih akurat dibanding Pap smear. Di negara-negara maju, pemeriksaan Pap smear telah mulai ditinggalkan dan lebih banyak orang beralih ke pemeriksaan Thin prep.

Bagaimana pemeriksaan Thin prep dilakukan? Berikut ini beberapa tahapan yang harus dilalui saat melakukan pemeriksaan Thin prep:

* Dokter atau tenaga ahli akan mengambil sampel dari serviks atau leher rahim. Pemeriksaan Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim.
* Sampel tersebut dimasukkan ke dalam vial atau botol Thin prep yang berisi cairan.
* Sel-sel sampel segera diawetkan untuk dikirim ke laboratorium.
* Sampel tersebut dibuat menjadi slide dan diwarnai dengan pewarna khusus sehingga sel-sel tersebut menjadi lebih jelas.
* Membran khusus digunakan untuk membuat preparat dengan irisan tipis.
* Lapisan tipis terdiri dari sel-sel akan memperlihatkan elemen mencurigakan jika ada infeksi atau jaringan yang abnormal.

Thin Prep
Metode perbaikan Pap smear yang lebih baik dan akurat dibanding Pap smear.

KelebihanThin Prep

* Pengambilan sampel serviks yang lebih baik
* Lebih akurat mendeteksi kelainan dengan keakuratan mencapai 100%
* Lebih akurat mendeteksi sel yang abnormal
* Diagnosis dari hasil pemeriksaan akan lebih tepat dan pasti


Kekurangan Thin Prep

* Metode ini tergolong baru sehingga belum tersedia secara luas

Kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan Thin prep? Dalam waktu 3 tahun pertama setelah melakukan hubungan seksual atau telah mencapai umur 21 tahun, maka pemeriksaan Thin prep sebaiknya dilakukan. Kemudian secara rutin setiap tahun pemeriksaan ini sebaiknya juga dilakukan. Jika ada gejala infeksi HPV, maka pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan lebih sering.


Lakukan Pemeriksaan pada Organ Kewanitaan

Bila Anda rutin melakukan pemeriksaan Pap smear ataupun Thin prep dapat mencegah kanker serviks dengan lebih baik. Selain itu, ada juga beberapa pemeriksaan pada organ kewanitaan dan reproduksi yang penting dilakukan seorang wanita seperti:

*
Pemeriksaan Fisik
Yaitu memeriksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah, berat badan, kelenjar tiroid, benjolan, rasa nyeri, pengeluaran sekret yang abnormal pada payudara untuk deteksi dini kanker payudara.
*
Pemeriksaan Pelvis
Pemeriksaan pelvis dilakukan pada organ seks wanita seperti vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium.
*
Pemeriksaan HPV
Tujuan pemeriksaan HPV untuk deteksi adanya infeksi virus HPV yang bisa menjadi sel pre-kanker dan berkembang menjadi kanker serviks.
*
Chlamydia & Gonorrhea
Beberapa penyakit seksual lainnya yang ditularkan melalui hubungan seks seperti chlamydia dan gonorrhea hampir tidak menunjukkan gejala. Dengan pemeriksaan dini terhadap penyakit tersebut, akan juga memperkecil terjangkit penyakit pada organ seks.

Dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap organ seks dan organ kewanitaan serta mengubah pola gaya hidup yang sehat akan membuat Anda terhindar dari berbagai penyakit berbahaya seperti kanker serviks. Kanker serviks dapat dicegah jika Anda rutin melakukan pemeriksaan lebih dini dengan Pap smear ataupun Thin prep.

Jangan Panik Jika Anak Demam

Bagi sebagian kalangan masih dianggap sebagai momok yang mengancam. padahal tidak mesti demikian. justru demam membantu tubuh menciptakan lingkungan yang kondusif untuk melawan virus yang masuk. namun perlu diwaspadai juga agar demam tidak menimbulkan komplikasi sehingga membahayakan bagi tubuh.. tak kenal maka tak sayang.. mari berkenalan dengan si ‘demam’ ini agar kita dapat mengambil tindakan tepat tanpa panik saat si’ demam menyapa kita atau keluarga kita..

DEMAM PADA ANAK
APAKAH DEMAM ITU ?
Demam bukan penyakit, demam adalah gejala bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi di dalam tubuh.Demam adalah kondisi dimana otak menciptakan kondisi suhu di atas normal yaitu di atas 38C. Akibat tuntutan peningkatan tersebut maka tubuh akan memproduksi panas.
MEKANISME TERJADINYA DEMAM·
Sejak zaman dahulu, demam telah dikenal sebagai tanda utama penyakit, tetapi pengertian tentang patofisiologi demam tergolong relatif masih baru. Substansi yang dapat menimbulkan demam disebut pirogen. Ada dua macam pirogen, yaitu pirogen endogen yang dibentuk oleh sel-sel tubuh sebagai respons terhadap stimulus dari luar (misal: toksin), dan pirogen eksogen yang berasal dari luar tubuh. Demam timbul karena adanya produk sel peradangan hospes yang merupakan pirogen endogen. Belakangan ini, terbukti bahwa fagosit mononuklear merupakan sumber utama pirogen endogen dan bahwa bermacam-macam produk sel mononuklear dapat menjadi mediator timbulnya demam.· Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut pirogen atau zat pencetus panas.· Apa penyebab radang yang bukan infeksi? Bisa alergi (yang tersering), bisa juga trauma, tumbuh gigi (teething), atau karena penyakit autoimun (ada kesalahan “program” di dalam tubuh dimana organ tubuh dikira sebagai “musuh” dan diserang oleh sistem imun.· Infeksi adalah masuknya jasad renik (micro organisms atau mahluk hidup yg sangat kecil yang umumnya tidak dapat dilihat dengan mata) ke tubuh kita. Masuknya micro-organisms tersebut belum tentu menyebabkan kita jatuh sakit, tergantung banyak hal antara lain tergantung seberapa kuat daya tahan tubuh kita.· Bila sistem imun kita kuat, mungkin kita tidak jatuh sakit atau kalaupun sakit, ringan saja sakitnya, bahkan tubuh kita selanjutnya membentuk zat kekebalan (antibodi). Mikro organisme atau jasad renik tsb bisa kuman/bakteri, bisa virus, jamur, dll· Pada saat terserang infeksi, maka tentunya tubuh harus membasmi infeksi. Dengan mengerahkan sistem imun. Tentara untuk melawan infeksi adalah sel darah putih dan dalam melaksanakan tugasnya agar efektif dan tepat sasaran, sel darah putih tidak bisa sendirian, diperlukan dukungan banyak pihak termasuk pirogen. Pirogen itu membawa beberapa tujuan diantaranya adalah mengerahkan sel darah putih atau leukosit ke lokasi infeksi dan menimbulkan demam yang akan membunuh virus karena virus tidak tahan suhu tinggi, virus tumbuh subur di suhu rendah.· Terdapat tiga fase terjadinya demam. Diawali dengan menggigil, sampai suhu tubuh mencapai puncaknya, lalu menetap dan baru akhirnya turun
CARA MENGATASI DEMAM·
Minum banyak, karena demam dapat menimbulkan dehidrasi (baca “kerugian yg dapat terjadi karena demam”).· Kompres anak dengan air hangat. bBukan dengan air dingin. karena apabila diberi air dingin, otak kita akan menyangka bahwa suhu diluar tubuh dingin sehingga otak akan memerintahkan tubuh untuk menaikkan suhunya dengan cara menggigil sehingga memproduksi panas. Akibatnya suhu tubuh anak bukannya turun, melainkan tambah panas.· Sebaiknya kompres dilakukan ketika: anak merasa uncomfortable, suhu mencapai 40C, pernah kejang demam/keluarga dekat pernah menderita kejang demam atau anak muntah2 sehingga obat tidak bisa masuk. Cara melakukan kompres: taruh anak di bath tub mandi dengan air hangat (30-32C) atau usapkan air hangat disekujur tubuh anak. Kalau anak menolak, duduk di bath tub beri mainan & ajak bermain.· Obat penurun panas, acetaminophen atau paracetamol seperti tempra, panadol, atau paracetol, tylenol, sesuai dosis. Kapan obat penurun panas diberikan? Bila suhu di atas 38.5C, atau bila anak uncomfortable. Sebaiknya jangan berikan obat demam apabila panasnya tidak terlalu tinggi (dibawah 38.5C).
KOMPLIKASI·
Dehidrasi atau kekurangan cairan karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh.· Kejang demam, biasanya hanya mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun. Terjadi pada hari pertama demam, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia <> 3 tahun. Gejala: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan2 seluruh tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu sangat singkat.· Kejang demam pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kerusakan otak
PENANGANAN DEMAM :·
Orang tua tidak harus panik, umumnya demam tidak membahayakan jiwa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah mengamati perilaku anak. Bila saat suhu agak rendah anak masih tetap aktif, masih riang, masih mau main, maka kita tidak perlu cemas.· Jangan memberikan obat panas bila demam tidak tinggi· Cegah kemungkinan terjadinya dehidrasi· Ruangan dijaga agar tidak panas, pasang kipas angin. Anak memakai baju yang tidak tebal· Ekstra cairan, Minum sering: Air, air sup, jus buah segar yang sudah dicampur air, es batu, es krim· Bila sering muntah atau diare, beri minuman yg mengandung elektrolit: pedialyte, oralit· Biarkan anak memakan apa yang dia inginkan, jangan dipaksa. Hindarkan makanan yang berlemak, makanan yang sulit dicerna.· Tepid sponging (kompres air hangat)· Anak tidak masuk sekolah, tetapi bukan berarti harus di tempat tidur seharian.
KAPAN HARUS MENGHUBUNGI DOKTER·
Tidak mau minum atau sudah mengalami dehidrasi· Iritabel atau menangis terus menerus, tidak dapat ditenangkan· Tidur terus menerus, lemas dan sulit dibangunkan· Bila bayi berusia <> 6 bulan, dengan suhu tubuh ³ 40C· Kejang atau terdapat kaku kuduk leher,· Sesak napas· Gelisah, muntah, diare· Sakit kepala hebatKapan harus mengompres anak demam· anak sangat gelisah· Suhu 40C· Mempunyai riwayat kejang demam atau keluarga dekat pernah menderita kejang demam· Muntah-muntah sehingga obat tidak bisa masuk
CARA MENGOMPRES·
Taruh anak di bath tub/ember mandi yang diisi air hangat bersuhu 30 – 32C· Usapkan air hangat di sekujur tubuh anak· Bila anak menolak, suruh duduk di ember/bath tub, beri mainan, ajak bermain
PENANGANAN KEJANG·
Orang tua sering sulit membedakan antara menggigil dengan kejang.· Pada saat anak menggigil, anak tidak kehilangan kesadaran, tidak berhenti napasnya. Anak menggigil karena suhu demamnya akan meningkat.· Orang tua juga sulit membedakan antara kejang demam/steup – dg kejang akibat infeksi otak.· Kejang akibat demam bersifat generalized (melibatkan seluruh tubuh), berlangsung sekejap, setelah kejang – anak sadar.· Kejang akibat infeksi otak berlangsung lama, berulang-ulang, lehernya kaku, dan sesudah kejang, anak tidak sadar.Sebaiknya org tua menghitung lamanya kejang dengan watch stop – tidak jarang, akibat penampilannya yang menakutkan, maka orang tua merasa kejangnya lama meski sebenarnya hanya berlangsung dalam detik atau menit.
PENANGANAN KEJANG DEMAM :·
Jangan panik, amati kondisi anak dengan cermat· Baringkan anak/bayi di tempat yang aman· Cegah agar saat kejang anak tidak tersedak dengan posisi anak tengkurap atau miring· Jangan taruh benda apapun di dalam mulut anak
OBAT PENURUN DEMAM·
Obat penurun panas, bekerja menghambat ensim Cox – sehingga pembentukan prostaglandin terganggu-yang selanjutnya menyebabkan terganggunya peningkatan suhu tubuh. Obat penurun panas samasekali tidak mengobati si penyebab demam.· Obat penurun demam yang sering diberikan adalah Ibuprophen, Acetaminophen, Acetosal Metamizole. Bila overdosis, dapat menyebabkan kerusakan hati· Sebaiknya jangan campur acetaminophen dengan phenobarbital (luminal). Luminal menekan ensim hati yang kerjanya menetralisir acetaminophen sehingga kadar acetaminophen di darah akan meningkatkan dan meningkat pula risiko intoksikasi acetaminophen.· Acetaminophen merupakan obat yang paling aman selama dosisnya diberikan dengan tepat.· Jangan berikan aspirin seperti asetosal atau aspilet pada anak

GLUKOMA

A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
- Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
- Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
- Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
- Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- bedah
3. Glaukoma kongenital
- Primer atau infantil
- Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala .
2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3). Tajam penglihatan sangat menurun.
4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg.
Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.


D. PATHWAY GLAUKOMA


E. ASUHAN KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a) Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b) Makanan / Cairan :
Mual, muntah (glaukoma akut)


c) Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
d) Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e) Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2). Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
- pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- ekspresi wajah rileks
Intervensi :
- kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
- kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
- anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
- atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
- Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
- Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
- Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
- Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
- Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
- Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
- Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
- Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
- Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
- Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
- Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
- Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
- Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
- Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
- Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
- Identifikasi sumber/orang yang menolong.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
- pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
- Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
- Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
- Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
- Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
- Izinkan pasien mengulang tindakan.
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
- Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
jantung tak teratur dll.
- Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
- Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
- Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
- Tekankan pemeriksaan rutin.
- Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

ANEMIA

1. Pengertian
Secara umum anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Menurut Fenstermacher dan Hudson (1997), anemia adalah berkurangnya secara signifikan massa sel darah merah sehingga kapasitas darah yang membawa oksigen menjadi berkurang.
Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan sehingga tubuh akan mengalami hipoksia. Anemia bukan suatu penyakit atau diagnosis melainkan merupakan pencerminan ke dalam suatu penyakit atau dasar perubahan patofisilogis yang diuraikan oleh anamnese dan pemeriksaan fisik yang teliti serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
3. Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
4. Klasifikasi
Anemia dapat diidentifikasikan menurut morfologi sel darah merah serta indeks-indeksnya dan menurut etiologinya. Pada klasifikasi anemia menurut morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya terbagi menjadi :
a. Menurut ukuran sel darah merah
Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal), anemia mikrositik (ukuran sel darah merah kecil) dan anemia makrositik (ukuran sel darah merah besar).
b. Menurut kandungan dan warna hemoglobin
Anemia normokromik (warna hemoglobin normal), anemia hipokromik (kandungan dan warna hemoglobin menurun) dan anemia hiperkromik (kandungan dan warna hemoglobin meningkat).
Menurut Brunner dan Suddart (2001), klasifikasi anemia menurut etiologinya secara garis besar adalah berdasarkan defek produksi sel darah merah (anemia hipoproliferatifa) dan destruksi sel darah merah (anemia hemolitika).
a. Anemia Hipoproliferatifa
Sel darah merah biasanya bertahan dalam jangka waktu yang normal, tetapi sumsum tulang tidak mampu menghasilkan jumlah sel yang adekuat jadi jumlah retikulositnya menurun. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang akibat obat dan zat kimia atau mungkin karena kekurangan hemopoetin, besi, vitamin B12 atau asam folat. Anemia hipoproliferatifa ditemukan pada :
1). Anemia aplastik
Pada anemia aplastik, lemak menggantikan sumsum tulang, sehingga menyebabkan pengurangan sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Anemia aplastik sifatnya kongenital dan idiopatik.
2). Anemia pada penyakit ginjal
Secara umum terjadi pada klien dengan nitrogen urea darah yang lebih dari 10 mg/dl. Hematokrit menurun sampai 20 sampai 30 %. Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritropoetin.
3). Anemia pada penyakit kronik
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Apabila disertai dengan penurunan kadar besi dalam serum atau saturasi transferin, anemia akan berbentuk hipokrom mikrositik. Kelainan ini meliputi arthritis reumatoid, abses paru, osteomielitis, tuberkulosis dan berbagai keganasan.
4). Anemia defisiensi-besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal dan merupakan sebab anemia tersering pada setiap negara. Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa rata-rata mengandung 3 - 5 gram besi, tergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya.
Penyebab tersering dari anemia defisiensi besi adalah perdarahan pada penyakit tertentu (misal : ulkus, gastritis, tumor pada saluran pencernaan), malabsorbsi dan pada wanita premenopause (menorhagia). Menurut Pagana dan Pagana (1995), pada anemia defisiensi besi, volume corpuscular rata-rata (Mean Corpuscular Volume atau MCV), microcytic Red Blood Cells dan hemoglobin corpuscular rata-rata (Mean Corpuscular Haemoglobine atau MCH) menurun.
5). Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Terjadi penurunan volume corpuscular rata-rata dan mikrositik sel darah merah. Anemia megaloblastik karena defisiensi vitamin B12 disebut anemia pernisiosa. Tidak adanya faktor instrinsik pada sel mukosa lambung yang mencegah ileum dalam penyerapan vitamin B12 sehingga vitamin B12 yang diberikan melalui oral tidak dapat diabsorpsi oleh tubuh sedangkan yang kita tahu vitamin B12 sangat penting untuk sintesa deoxyribonucleic acid (DNA).
Anemia megaloblastik karena defisiensi asam folat, biasa terjadi pada klien yang jarang makan sayur-mayur, buah mentah, masukan makanan yang rendah vitamin, peminum alkohol atau penderita malnutrisi kronis.
b. Anemia Hemolitika
Pada anemia ini, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Sumsum tulang biasanya mampu berkompensasi sebagian dengan memproduksi sel darah merah baru tiga kali atau lebih dibandingkan kecepatan normal. Ada dua macam anemia hemolitika, yaitu :
1). Anemia hemolitika turunan (Sferositosis turunan)
Merupakan suatu anemia hemolitika dengan sel darah merah kecil dan splenomegali.
2). Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit adalah kerusakan genetik dan merupakan anemia hemolitik herediter resesif. Anemia sel sabit dikarenakan oklusi vaskuler dalam kapiler yang disebabkan oleh Red Blood Cells Sickled(RBCs) dan kerusakan sel darah merah yang cepat (hemolisis). Sel-sel yang berisi molekul hemoglobin yang tidak sempurna menjadi cacat, kaku dan berbentuk bulan sabit ketika bersirkulasi melalui vena. Sel-sel tersebut macet di pembuluh darah kecil dan memperlambat sirkulasi darah ke organ-organ tubuh. RBCs berbentuk bulan sabit hanya hidup selama 15-21 hari.
5. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik dan invasi tumor. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Pada destruksi, masalahnya dapat diakibatkan karena defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan produksi plasma. Hal ini tercermin dalam anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi disebabkan cacat pada sintesis hemoglobin atau dapat dikatakan kurang pembebasan besi dari makrofag ke serum, sehingga kandungan besi dalam hemoglobin berkurang. Sedangkan yang kita tahu sebagian besar besi dalam tubuh dikandung dalam hemoglobin yang beredar dan akan digunakan kembali untuk sintesis hemoglobin setelah sel darah merah mati. Bila defisiensi besi berkembang, cadangan retikulo-endotelial (haemosiderin dan ferritin) menjadi kosong sama sekali sebelum anemia terjadi.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.
Anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya diperoleh dengan dasar :
a. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah.
b. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya.
c. Ada atau tidak adanya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
6. Manifestasi Klinis
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat terlibat maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini bergantung pada:
a. Kecepatan kejadian anemia
b. Durasi
c. Kebutuhan metabolisme klien bersangkutan
d. Adanya kelainan lain atau kecacatan
e. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta kondisi yang menyebabkan anemia.
Karena jumlah sel darah merah berkurang, maka lebih sedikit oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama. Namun penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui :
a. Peningkatan curah jantung dan pernapasan, karena itu menambah pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah.
b. Meningkatkan pelepasan oksigen dan hemoglobin.
c. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan.
d. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama dengan kadar hemoglobin antara 9 –11 g/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan selama latihan. Takikardi menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Dispnea pada latihan biasanya terjadi bila kadar hemoglobin dibawah 7,5 g/dl yang merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen. Kelemahan hanya terjadi bila kadar hemoglobin dibawah 6 g/dl. Dispnea istirahat bila dibawah 3 g/dl dan gagal jantung hanya pada kadar sangat rendah 2-2,5 g/dl, hal ini disebabkan karena otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Ini diakibatkan berkurangnya volume darah, hemoglobin dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna kuku, telapak tangan, memban mukosa mulut dan konjungtiva dapat digunakan untuk menilai kepucatan.
7. Pemeriksaan diagnostik
Data diagnosis didasarkan atas hasil :
a. Penentuan klinis
1). Anamnese (karena defek produksi sel darah merah atau destruksi sel darah merah).
2). Pemeriksaan fisik.
b. Pemeriksaan tambahan / laboratorium
Berbagai uji hematologis dilakukan untuk menentukan jenis dan penyebab anemia. Uji tersebut meliputi kadar hemoglobin dan hematokrit, indeks sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar besi serum, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, kadar vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial.
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya penyakit akut atau kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan jenisnya, yaitu :
a. Anemia aplastik
Penatalaksanaannya meliputi transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet (Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995).
b. Anemia defisiensi besi
Diatasi dengan mengobati penyebabnya dan mengganti zat besi secara farmakologis selama satu tahun. Laki-laki membutuhkan 10 mg/hari, wanita yang menstruasi 15 mg/hari dan postmenaupouse membutuhkan 10 mg/hari.

c. Anemia megaloblastik
Untuk anemia megaloblastik yang disebabkan karena defisiensi vitamin B12 (anemia pernisiosa) dan defisiensi asam folat diobati dengan pemberian vitamin B12 dan asam folat oral 1 mg/hari.
d. Anemia sel sabit
Pengobatannya mencakup pemberian antibiotik dan hidrasi dengan cepat dan dengan dosis yang besar. Pemberian tambahan asam folat setiap hari diperlukan untuk mengisi kekurangan asam folat yang disebabkan karena adanya hemolisis kronik. Transfusi hanya diperlukan selama terjadi krisis aplastik atau hemolitik. Pendidikan dan bimbingan yang terus-menerus termasuk bimbingan genetik, penting dilakukan untuk pencegahan dan pengobatan anemia sel sabit.
9. Komplikasi
Ada tiga komplikasi yang umum terjadi pada anemia yaitu gagal jantung, kejang dan parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa terbakar dan kesemutan).

B. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan holistik problem solving yang memerlukan ilmu, teknik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien dan keluarga (Iyer et. Al., 1996). Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang saling berhubungan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status klien (Iyer et. al., 1996). Proses pengkajian meliputi tiga komponen tahap pengkajian yaitu:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi yang sistimatis tentang klien termasuk kelemahan dan kekuatan klien. Data dikumpulkan dari klien, keluarga, orang terdekat, grafik dan rekam medik. Metode pengumpulan data yang utama adalah observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
b. Validasi data
c. Identifikasi pola atau divisi
Data yang terkumpul membentuk data dasar klien. Data dasar selanjutnya akan digunakan untuk perbandingan nilai-nilai klien dan standar untuk memastikan keefektifan pengobatan, asuhan keperawatan dan pencapaian kriteria hasil.
Data dasar adalah data yang berisikan tentang:
a. Identitas klien secara umum meliputi nama, alamat, usia, pekerjaan, suku dan tingkat pendidikan.
b. Riwayat kesehatan pada waktu yang lampau baik yang ada hubungannya dengan kondisi sakit klien saat ini (anemia) maupun mengenai penyakit lain yang pernah diderita oleh klien dan bagaimana cara penanganannya.
c. Riwayat kesehatan sekarang yang berisikan tentang alasan apa yang menyebabkan klien harus mendapat perawatan di rumah sakit.
d. Aspek psikologis, sosial dan spiritual klien berhubungan dengan keadaan sakitnya seperti tingkat kecemasan dan pandangan klien secara spiritual tentang penerimaan terhadap kondisinya.
e. Kebiasaan sehari-hari yang berisikan tentang kebiasaan klien dalam hal nutrisi, eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene serta aktivitas sehari-hari.
f. Hasil pemeriksaan fisik yang digambarkan secara sistematis dengan menggunakan metode inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari rambut sampai kaki.
Dasar data pengkajian klien anemia pada aktivitas dan istirahat ditemukan adanya takikardia/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat, kelemahan otot, penurunan kekuatan, postur lungkai, lesu, berjalan lambat dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan. Pada sistem sirkulasi ditemukan adanya kulit pucat, begitupula pada membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku, pengisian kapiler melambat, hipotensi postural, rambut kering, kuku mudah patah. Pada sistem eliminasi ditemukan distensi abdomen, ungkapan adanya hematemesis, melena, dan penurunan haluaran urine. Pada status nutrisi dan cairan ditemukan adanya penurunan berat badan, anoreksia, mual, muntah. Pada sistem neurosensori ditemukan ungkapan sakit kepala, pusing, ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia, kelemahan dan keseimbangan buruk. Pada sistem pernapasan ditemukan napas pendek pada istirahat dan aktivitas, takipnea, dispnea. Dalam hal keamanan juga dilakukan pengkajian dan ditemukan demam rendah, menggigil dan berkeringat malam.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia yang berupa status kesehatan atau risiko perubahan pola dari individu dimana perawat secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan membatasi dan mencegah morbiditas dan mortilitas (Carpenito, 2000)
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan anemia, menurut Marilynn E. Dongoes dalam Rencana Asuhan Keperawatan (1999) antara lain :
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas, defisit nutrisi.
e. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diit, perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat.
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin, prosedur invasif, kerusakan kulit.
g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan.
3. Perencanaan (Intervensi)
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung pada klien yang dilaksanakan oleh perawat (Bulecheck & Mc. Closkey, 1989).
Tahapan dalam membuat intervensi adalah:
a. Membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan
b. Menetapkan tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan kondisi dan masalah.
c. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa yang telah ditegakkan.
Rencana tindakan yang disusun untuk Tn. A dengan Anemia Suspect Hemoroid Interna disesuaikan dengan kondisi klien. Adapun rencana asuhan keperawatan menurut Marilynn E. Dongoes dalam Rencana Asuhan Keperawatan (1999) antara lain :
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil :
1). Tanda vital stabil
2). Membran mukosa warna merah muda
3). Pengisian kapiler baik
Intervensi :
1). Ukur tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.
Rasional : Memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
2). Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
3). Awasi upaya pernapasan, auskultasi bunyi napas, perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : Dispnea, gemericik menunjukkan gagal jantung kanan karena regangan jantung lama/ peningkatan kompensasi curah jantung.
4). Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi
Rasional : Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial risiko infark.
5). Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
Rasional : Vasokontriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
6). Awasi hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya hemoglobin/ hematokrit dan jumlah sel darah merah, analisa gas darah
Rasional : Mengidentifikasi definisi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi.
7). Berikan sel darah merah darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi transfusi.
Rasional : Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan perdarahan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
Tujuan : Peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
Kriteria hasil :
1). Tanda-tanda vital dalam batas normal
2). Tak ada keluhan dalam beraktivitas
Intervensi :
1). Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan menyelesaikan tugas.
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan

2). Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhadap aktivitas (misal: peningkatan denyut jantung, tekanan darah, disritmia, pusing dan sebagainya).
Rasional : Manifestasi kordipulmonal dari upaya jantung dan paru-paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3). Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring. Pantau dan batasi pengunjung.
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh.
4). Ubah posisi klien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
Rasional : Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan risiko cedera.
5). Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan klien untuk melakukan sebanyak mungkin.
Rasional : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien melakukan sesuatu sendiri.
6). Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki turus otot/stamina, tanpa kelemahan.
7). Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
Rasional : Regangan/stress kardiopulmonal berlebihan/ stress dapat menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1). Berat badan stabil
2). Membran mukosa lembab
3). Peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi definisi, menduga kemungkinan intervensi.
2) Observasi dan catat masukan makanan klien.
Rasional : Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi.
4) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
Rasional : Masukan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5) Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri.
d. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas, defisit nutrisi.
Tujuan : Integritas kulit dapat dipertahankan
Kriteria hasil :
1). Membran mukosa lembab
2). Elastisitas kulit kembali dalam satu detik.
3). Pengisian kapiler baik.
Intervensi :
1). Kaji integritas kulit, catat perubahan turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema, ekskoriasi.
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
2). Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila klien tidak bergerak atau di tempat tidur.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia selular.
3). Ajarkan agar permukaan kulit tetap bersih dan kering
Rasional : Area lembab terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik.
4). Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : Menghindari kerusakan kulit dengan mencegah/menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.
e. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet, perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat.
Tujuan : Fungsi usus kembali normal

Kriteria hasil :
1). Tidak ada gangguan usus
2). Peningkatan nafsu makan
Intervensi :
1). Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab/faktor pemberat dan intervensi yang tepat.
2). Auskultasi bising usus.
Rasional : Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
3). Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.
Rasional : Dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam identifikasi defisiensi diit.
4). Dorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari.
Rasional : Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi dan membantu mempertahankan status hidrasi pada diare.
5). Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen.
f. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin, prosedur invasif, penyakit kronis.
Tujuan : Mencegah/menurunkan risiko infeksi
Kriteria hasil :
1). Luka bebas drainase, purulen atau eritema dan demam
2). Tanda-tanda vital normal
3). Hemoglobin normal (14 – 16 g%)
Intervensi :
1). Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan klien.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang.
2). Pertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : Menurunkan risiko infeksi bakteri.
3). Dorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membatu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
4). Tingkatkan masukan cairan adekuat.
Rasional : Membantu dalam pengenceran sekret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh.
5). Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
Rasional : Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi atau pengobatan.
6). Amati eritema/cairan luka.
Rasional : Indikator infeksi lokal.
7). Beri antibiotik oral selama indikasi.
Rasional : Antibiotik dapat menurunkan risiko infeksi.
g. Kurang pengerahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan : Pemahaman proses penyakit, prosedur diasnogtik dan rencana keperawatan meningkat.
Intervensi :
1). Berikan informasi tentang anemia secara spesifik.
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan sehingga klien dapat membuat pilihan yang tepat, menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerja sama dalam program terapi.
2). Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.
Rasional : Ansietas/takut tentang ketidaktahuan mening-katkan tingkat stress, yang selanjutnya mening-katkan beban jantung.
3). Diskusikan pentingnya hanya meminum obat yang dianjurkan.
Rasional : Kelebihan dosis obat dapat menjadi toksik.
4). Diskusikan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, tanda dan gejala yang memerlukan intervensi medis, misal: demam, sakit tenggorokan, eritema/luka basah.
Rasional : Penurunan produksi leukosit potensial risiko untuk infeksi.
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyer et. al., 1996). Selama tahap implemetasi, perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Komponen tahap implementasi antara lain :
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan keperawatan.
Implementasi yang akan dilakukan sesuai intervensi yang telah disusun adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel. Implementasi yang dilakukan antara lain :
1). Mengukur tanda vital, mengkaji pengisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.
2). Meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
3). Mengawasi upaya pernapasan, mengauskultasi bunyi napas, memperhatikan bunyi adventisius.
4). Menyelidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
5). Mencatat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dengan tubuh hangat sesuai indikasi.
6). Mengawasi pemeriksaan laboratorium, misal hemoglobin, hematokrit, sel darah merah, analisa gas darah.
7). Memberikan sel darah merah lengkap/packed, produksi darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi tansfusi.
b. Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan. Implementasi yang dilakukan antara lain :
1). Mengkaji kemampuan klien untuk melakukan tugas normal. Mencatat laporan kelelahan, keletihan dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
2). Mengawasi tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan selama dan sesudah aktifitas. Mencatat respon terhadap aktivitas.
3). Memberikan lingkungan yang tenang, mempertahankan tirah baring, memantau dan membatasi pengunjung.
4). Mengubah posisi klien dengan perlahan dan memantau terhadap pusing.
5). Memberikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu, memungkinkan klien untuk melakukan sebanyak mungkin.
6). Meningkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
7). Menganjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan atau pusing terjadi.
c. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal. Implementasi yang dilakukan antara lain :
1). Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2). Mengobservasi dan mencatat masukan makanan.
3). Menimbang berat badan setiap hari.
4). Memberikan makanan sedikit dan frekuensi sering.
5). Memberikan dan membantu oral hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan.
d. Diagnosa konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diit, perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat.
1). Mengobservasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
2). Mengauskultasi bising usus.
3). Mengawasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan/cairan.
4). Mendorong masukan cairan 2500-3000 ml/hari.
5). Menghindari makanan yang membentuk gas.
e. Diagnosa risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas, defisit nutrisi. Implementasi yang dilakukan antara lain :
1). Mengkaji integritas kulit, mencatat perubahan turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritema, ekskoriasi.
2). Mengubah posisi secara periodik.
3). Mengajarkan agar permukaan kulit tetap kering dan bersih.
4). Membantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif.
f. Diagnosa risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan denagn penurunan hemoglobin, prosedur invasif, penyakit kronis. Implementasi yang dilakukan antara lain :
1). Meningkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan klien.
2). Mempertahankan teknik aseptik ketat pada prosedur/perawatan luka.
3). Mendorong perubahan posisi atau ambulasi yang sering, latihan napas dalam dan batuk efektif.
4). Meningkatkan masukan cairan adekuat.
5). Memantau suhu, mencatat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.
6). Mengamati eritema atau cairan luka.
7). Memberikan antibiotik oral selama indikasi.
g. Diagnosa kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Implementasi yang dilakukan antara lain :
1). Mengkaji pemahaman klien tentang penyakit yang diderita dan harapan untuk hidup.
2). Memberikan informasi tentang anemia.
3). Meninjau tujuan dan persiapan untuk pemerikasaan diagnostik.
4). Mendiskusikan pentingnya hanya meminum obat yang dianjurkan.
5). Mendiskusikan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, tanda dan gejala yang memerlukan intervensi medis, misal : demam, eritema/luka basah.


5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual uintuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawaatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai (Ignatanicius & Bayne, 1994).
Evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui keefektifan dari rencana dan tindakan keperawatan. Setiap diagnosa mempunyai kriteria yang harus dipenuhi :
a. Diagnosa perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu tanda vital stabil, membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik.
b. Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak-seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu tanda-tanda vital dalam batas normal, tak ada keluhan dalam beraktivitas dan peningkatan aktivitas secara bertahap.
c. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna, ketidakmampuan mencerna makanan/ absorpsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah normal. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu berat badan stabil, membran mukosa lembab dan peningkatan toleransi aktivitas.
d. Diagnosa risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis, gangguan mobilitas defisit nutrisi. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu membran mukosa lembab, elastisitas kulit kembali dalam satu detik dan pengisian kapiler baik.
e. Diagnosa konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diit, perubahan proses pencernaan, efek samping terapi obat. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu tidak ada gangguan usus dan peningkatan nafsu makan.
f. Diagnosa risiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin, prosedur invasif, penyakit kronis. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu hemoglobin normal (14 – 16 g%), luka bebas drainase, purulen atau eritema dan demam serta tanda-tanda vital normal.
g. Diagnosa kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan. Rencana tindakan dikatakan berhasil bila mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu pemahaman tentang proses penyakit, prosedur diagnostik dan rencana keperawatan meningkat
Klien keluar dari siklus diagnosa keperawatan apabila kriteria hasil telah tercapai dan akan masuk kembali ke dalam siklus keperawatan apabila kriteria hasil belum tercapai.






















DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, L. J. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan (edisi kedelapan). Jakarta : EGC.

Doengoes, Marillyn E., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler. (1999). Rencana asuhan keperawatan (edisi ketiga). Jakarta : EGC.

Hoffbrand, A.V., J.E. Pettit., Mary Frances Moorhouse., & Alice C. Geissler.(1996) Kapita selekta hematologi (edisi kedua). Jakarta : EGC.

Leeson, C. Rolland., Thomas s. Leeson., & Anthony A. Paparo. (1996) Buku ajar histologi (edisi kelima). Jarta : EGC.

Mansjoer, Arif., Supiohaita., Wahyu Ika Wardhani., & Wiwiek Setiowulan. (2000). Kapita selekta kedokteran 2 (edisi ketiga).Jakarta : Media Aesculapius.

Price, Sylvia. A., Lorraine M. Wilson. (1994) Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit 1 (edisi keempat). Jakarta : EGC.

Reeves, Charlene J., Gayle Roux., & Robin Lockhart. (2001). Keperawatan medikal bedah (edisi pertama). Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer, Suzanne C., Brenda G. Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner-Suddart (edisi kedelapan). Jakarta : EGC.

Tjokronegoro., Hendar Utama. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam 2 (edisi ketiga). Jakarta : Balai penerbit FKUI.

Laporan Pendahuluan Dyspepsia

1. Pengertian
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).
Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual.
2. Etiologi
Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
b. Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
3. Tanda dan Gejala
Didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dyspepsia menjadi tiga tipe :
a. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :
1) Nyeri epigastrium terlokalisasi
2) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
3) Nyeri saat lapar
4) Nyeri episodik
b. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala :
1) Mudah kenyang
2) Perut cepat terasa penuh saat makan
3) Mual
4) Muntah
5) Upper abdominal bloating
6) Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
c. Dyspepsia non spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas)
Pembagian akut dan kronis berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
4. Patofisiologi

Organik / Nonorganik

Diet dan lingkungan
Sekresi cairan asam lambung
Fungsi motorik lambung (motilitas)

Persepsi visceral lambung
Psikologis
Infeksi Hp


Peningkatan asam lambung

Iritasi mukosa lambung

Ulkus

Sumber : Dharmika (2001) dalam buku ajar ilmu penyakit dalam FKUI

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti antara lain pankreatitis kronis, diabetes mellitus, dan lainnya. Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di Indonesia).
c. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah :
1) CLO (Rapid urea test)
2) Patologi Anatomi (PA)
3) Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
4) PCR (Polymerase Chain Reaction), hanya dalam rangka penelitian.
6. Penatalaksanaan
a. Modifikasi Pola Hidup
Klien perlu diberi penjelasan untuk dapat mengenali dan menghindari keadaan yang potensial mencetuskan serangan dyspepsia. Belum ada kesepakatan tentang bagaimana diet yang diberikan pada kasus dyspepsia. Penekanan lebih ditujukan untuk menghindari jenis makanan yang dirasakan sebagai faktor pencetus. Pola diet porsi kecil tetapi sering, makanan rendah lemak, hindari / kurangi makanan, minuman yang spesifik (kopi, alkohol, pedas, dll). Akan banyak mengurangi gejala terutama gejala setelah makan (Post prandial).
b. Obat - obatan
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatannya yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti karena proses patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa sampai 70 % kasus dyspepsia terhadap plasebo.
1) Antasida dapat mengurangi / menghilangkan keluhan, tetapi secara studi klinis tidak berbeda dengan efek plasebo.
2) Agen anti sekresi, obat antagonis reseptor H2 telah sering dipakai. Dari berbagai studi yang ada, sebagian diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan plasebo tetapi sebagian lagi tidak.
3) Prokinetik, dari banyak studi penggunaan obat prokinetik, seperti metoklopramid, domperidon dan terutama cisapride, diperoleh hasil yang baik dipandingkan plasebo walaupun tidak jarang , didapat data tidak adanya korelasi perbaikan motilitas terhadap gejala / keluhan ataupun sebaliknya. Hal ini terutama pada kelompok kasus dyspepsia tipe dismotilitas.
4) Eradikasi Helicobaster Pylori ; Eradikasi Hp pada kasus dyspepsia kontroversial kecuali bila pada kasus dengan Hp positif yang gagal dengan terapi konvensional dapat disarankan untuk eradikasi Hp.

7. Diagnosa Banding
a. Penyakit Reflulis Gastro Esofadeal (PRGE)
Sebagian kasus PRGE tidak memperlihatkan kelainan mukosa yang jelas. Bila di duga adanya PRGE, maka pemeriksaan pH esofagus dalam bentuk pemantauan 24 jam dapat membedakannya dengan dyspepsia.
b. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Keluhan klien harus dideskripsikan lebih spesifik. Pada IBS keluhan perut lebih bersifat difus dan terdapat gangguan pola defekasi.
8. Prognosis
Dyspepsia yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat, mempunyai prognosis yang baik.

B. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek - aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. (Doenges. 1999:6).
Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung perawat bersama klien menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan asuhan keperawatan, membuat perencanaan dan rencana implementasi, serta mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. (Gaffar, 1999).
Proses keperawatan telah diperkenalkan pada tahun 1960-an sebagai proses yang terdiri dari empat tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dimana tahapan diagnosa keperawatan masuk pada tahapan pengkajian yang didasarkan pada metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data dan penganalisaan temuan. Kajian selama bertahun - tahun, penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan perawat pada pengembangan proses keperawatan menjadi lima langkah yang kongkrit yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang memberikan metode efisien tentang pengorganisasian proses berfikir untuk pembuatan keputusan klinis.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematika untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Gaffar, 1999). Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnosa, serta revieu catatan sebelumnya. Pada tahap ini semua data atau analisa tentang klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk memenuhi diagnosa keperawatan. (Doenges, 1999:6).
Manfaat pengkajian adalah membantu mengidentifikasi status kesehatan, pola pertahanan klien, kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian keperawatan terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan, pengelompokan atau pengorganisasian serta menganalisa dan merumuskan diagnosa. (Gaffar, 1999).
Berdasarkan sumber data, data pengkajian dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari klien, bagaimana kondisi klien. Artinya data tersebut dapat diperoleh melalui walaupun klien tidak sadar sehingga tidak dapat berkomunikasi. Misalnya data tentang kebersihan diri, data tentang status kesadaran sehingga terlepas dari lengkap tidaknya data yang terkumpul. Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari klien, seperti dari perawat , dokter, alhi gizi, ahli fisioterapi, catatan keperawatan, pemeriksaan laboratorium, hasil rontgen, pemeriksaan diagnostik lain, keluarga dan teman.
Pengkajian yang ditemukan pada klien dyspepsia menurut Brunner and Suddarth (2001) adalah sebagai berikut : selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan gejala pada klien. Apakah klien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual, atau muntah? Apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja, sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu aaatau alkohol?. Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makanan atau minuman terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Bagaimana gejala hilang? Adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung? Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan selama 72 jam. Apakah kelebihan diet atau diet sembrono, apakah orang lain pada lingkungan klien mempunyai gejala serupa, apakah klien memuntahkan darah, dan apakah elemen penyebab yang diketahui telag tertelan.
Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mrncakup nyeri tekan abdomen, dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa kering), dan bukti adanya gangguan sistemik (takikardia, hipotensi). Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang digunakan oleh klien untuk mengatasi gejala serta efek-efeknya.
Menurut Tucker (1998) pengkajian pada klien dengan dyspepsia adalah sebagai berikut :
a. Keluhan utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan epigastrium, mual, muntah dan tidak ada nafsu makan, kembung, rasa kenyang.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium, adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman beralkohol.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah menderita penyakit saluran cerna.
d. Pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan makan yang tidak teratur, makan makanan yang merangsang selaput mukosa lambung, berat badan sebelum dan sesudah sakit.
e. Aspek psikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman, adanya masalah interpersonal yang bisa menyebabkan stress.
f. Aspek ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal dalam pekerjaan yang mempengaruhi stress psikologis dan pola makan.
g. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan cemas.
2) Palpasi
Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena pasien sering muntah.
3) Auskultasi
Peristaltik sangat lambat dan hampir tidak terdengar (kurang dari lima kali permenit)
4) Perkusi
Pekak karena meningkatnya produksi HCL lambung dan perdarahan akibat perlukaan.
h. Laboratorium
Dilakukan analisis cairan lambung.
1) Endoskopi.
2) Pemeriksaan diagnostik.
Feses ada darah (melena) jika terjadi perdarahan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta terhadap masalah, akibat dan resiko tinggi. (Doenges. 1999:8)
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan / masalah kesehatan yang aktual atau potensial ( Carpenito,1998 ).
Dari berbagai pengertian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan yang dapat menjelaskan masalah kesehatan klien aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari proses keperawatan setelah pengkajian data. Diagnosa keperawatan merupakan formulasi kunci dari proses keperawatan karena merupakan “client responses by health problem” atau respon klien terhadap masalah kesehatan. Oleh karena itu diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan dasar manusia berdasar teori kebutuhan dasar Abraham Maslow, memperlihatkan respon individu/klien terhadap penyakit dan kondisi yang dialaminya.
Manfaat diagnosa keperawatan adalah sebagai pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan karena menggambarkan status masalah kesehatan serta penyebab adanya masalah tersebut, membedakan diagnosa keperawatan dan diagnosa medis serta menyamakan kesatuan bahasa antar perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara konfrehensif.
Diagnosa keperawatan dibagi sesuai dengan masalah klien yang sering terjadi yaitu :
a. Aktual yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data klinis yang ditemukan.
b. Resiko terjadi yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi keperawatan, saat ini masalah keperawatan belum ada tapi etiologi sudah ada.
c. Possible yaitu diagnosa keperawatan yang menjelaskan bahwa perlu data tambahan untuk memastikan timbulnya masalah.
Menurut Tucker dan Carpenito (1998), pada klien dengan dyspepsia akan ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa tidak nyaman anoreksia, mual, muntah.
b. Nyeri berhubungan dengan efek sekresi asam lambung pada jaringan yang rusak, iritasi dan diserupsi mukosa lambung.
c. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan rumah dan status nutrisi.
Sedangkan menurut Brunner and Suddarth (2001), dalam buku ajar keperawatan Medikal-Bedah volume II, diagnosa keperawatan yang ditemui adalah :
a. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
c. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
d. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.
e. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
3. Perencanan
Rencana keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan. Setelah merumuskan diagnosis keperawatan maka intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. (Keliat,1991). Rencana pelayanan keperawatan dipandang sebagai inti atau pokok proses keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan. Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Menentukan prioritas diagnosa keperawatan.
b. Menetapkan sasaran dan tujuan.
c. Menetapkan kriteria evaluasi.
d. Merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
Menurut Tucker (1998) dan Doenges (1999), perencanaan berdasarkan diagnosa yang mungkin timbul pada klien dyspepsia, yaitu :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan rasa yang tidak nyaman, anoreksia, mual, muntah, kembung.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara optimal.
Kritaria hasil :
1) Klien mengatakan tidak merasa lemas
2) Porsi makan yang disediakan dihabiskan
Rencana tindakan :
1) Buat jadwal masukan tiap jam. Anjurkan mengukur cairan / makanan dan minum sedikit demi sedikit atau makan dengan perlahan.
Rasional : Setelah tindakan pembagian, kapasitas gaster menurun kurang lebih 50 mm, sehingga perlu makan sedikit tapi sering.
2) Timbang berat badan tiap hari. Buat jadwal teratur setelah pulang.
Rasional : Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi / keefektifan terapi.
3) Tekankan pentingnya menyadari kenyang dan menghentikan makan.
Rasional : Makan berlebihan dapat menyebabkan mual / muntah atau kerusakan operasi pembagian.
4) Diskusikan makanan yang disukai klien dan makanan dalam diet murni.
Rasional : Dapat menyebabkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi / kontrol.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet dan dokter untuk pemberian vitamin sesuai indikasi.
Rasional : tambahan dapat diperlukan untuk mencegah anemia karena gangguan absorbsi. Peningkatan motilitas usus dan menambah nafsu makan.
6) Ciptakan lingkungan perawatan yang nyaman.
Rasional : Lingkungan yang nyaman mengurangi stres dan dapat meningkatkan nafsu makan.
7) Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya nutrisi dapat meningkatkan intake yang adekuat.

b. Nyeri yang berhubungan dengan efek sekresi asam lambung pada jaringan yang rusak, iritasi dan diserupsi mukosa lambung atau motilitas.
Tujuan : Nyeri berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang
2) Ekspresi wajah tidak meringis
3) Tidak ada distensi abdomen
Rencana tindakan :
1) Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, dan intensitas (skala nyeri 0-10).
Rasional : nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadi komplikasai.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Rasional : Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Kaji tanda vital.
Rasional : Nyeri dapat mempengaruhi tanda vital.
4) Catat petunjuk nyeri non verbal. Contoh gelisah, menolak bergerak, berhati - hati dengan abdomen, takikardia, berkeringat. Selidiki ketidaksesuaian antara petunjuk non verbal dan verbal.
Rasional : Petunjuk non verbal dapat berupa fisiologis dan psikologis dan dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk mengidentifikasi luas/beratnya masalah.
5) Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.
Rasional : Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster.
6) Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
Rasional : Makanan sedikit mencegah distensi dan haluan gastrin.
7) Bantu latihan rentang gerak pasif/aktif. Ajarkan teknik relaksasi, seperti nafas dalam.
Rasional : Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri / ketidaknyamanan.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan dan melakukan perubahan diet.
Rasional : Klien mungkin diberikan makanan yang tidak mengandung gas, dan bahan yang merangsang asam lambung.
9) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi. Misal antasida.
Rasional : Menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau dengan menetralisir kimia.evaluasi tipe antasida dalam gambaran kesehatan total, mis : pembatasan natrium.
c. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, pengobatan, perawatan rumah dan status nutrisi.
Tujuan : Klien mengetahui dan memahami tentang penyakit / kondisi yang dirasakan.
Kriteria hasil :
1) Klien berpartisipasi dalam proses belajar
2) Klien memberikan pernyataan verbal atas pemahamannya.
3) Klien mampu menjawab pertanyaan saat evaluasi
Rencana tindakan :
1) Beri pendidikan kesehatan tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan informasi dimana klien/orang terdekat dapat memilih berdasarkan informasi. Pengetahuan tentang penyakit membantu untuk memahami kebutuhan terhadap terapi.
2) Evaluasi pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
Rasional : Mengidentifikasi pemahaman klien/keluarga dan masalah yang potensial dapat terjadi, sehingga solusi alternatif dapat ditentukan.
3) Beri reward atas kemampuan yang telah ditunjukkan klien.
Rasional : Meningkatkan motivasi klien / kelurga dalam pembelajaran.
4) Evaluasi kemampuan dan kesiapan untuk belajar klien dan juga keluarganya.
Rasional : Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien / keluarga.
5) Anjurkan klien untuk mendatangi sumber - sumber pelayanan untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut jika klien telah kembali ke masyarakat.
Rasional : Meningkatkan dukungan untuk klien selama periode penyembuhan dan memberikan evaluasi tambahan pada kebutuhan yang sedang berjalan/perhatian baru.
6) Jelaskan pentingnya kontrol kesehatan untuk mengevaluasi dengan tim rehabilitasi untuk menindaklanjuti program terapi klien di luar rumah sakit.
Rasional : Membantu perkembangan penyembuhan.
4. Pelaksanaan.
Pelaksanaan adalah perskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pelaksanaan dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. (Doenges, 1999:10).
Implementasi merupakan pelaksananan perencananan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilakukan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan secara cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan fisiologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar ,1999).
Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
a. Fase persiapan meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan.
b. Fase operasional merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen atau mandiri, dependen atau tidak mandiri, interdependen atau sering disebut dengan tindakan kolaborasi.
c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
Implementasi yang diharapkan pada klien dyspepsia harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. (Hidayat, 2002: 41). Evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan klien terhadap tujuan yang dicapai. Evaluasi bertujan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status klien dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.
Dalam evaluasi terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera, sedangkan evaluasii sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisa status klien pada waktu tertentu.
Ada tiga alternatif dalam menafsirkan hasil evaluasi, yaitu :
a. Masalah Teratasi.
Masalah teratasi apabila klien atau keluarga menunjukkan perubahan
b. Masalah Teratasi Sebagian
Masalah teratasi sebagian apabila klien atau keluarga menunjukkan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah Belum Teratasi
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak menunjukkan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui perbandingan pelayanan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan terlebih dahulu. Kemudahan atau kesulitan evaluasi dipengaruhi oleh kejelasan tujuan dan bisa tidaknya tujuan tersebut diukur. Disamping evaluasi yang dilakukan oleh perawat yang bertanggung jawab pada klien, pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien dapat dinilai juga oleh klien sendiri, teman kerja perawat. Evaluasi menunjang tanggung jawab dan tanggung gugat pelayanan keperawatan yang merupakan salah satu ciri profesi serta menentukan efisiensi dan efektifitas asuhan keperawatan yang diberkan kepada klien.



















































DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. (1997). Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi 2. Jakarta. EGC
Brooker, Christore. (2001). Kamus saku keperawatan. Edisi 31. Jakarta. EGC.

Brunner and Suddarth. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah. Edisi 8. volume 2. Jakarta. EGC.
Carpenito, Lynda Juall. (1998). Diagnosa keperawatan :aplikasai pada praktik klinis. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Dharmika. (2001). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI
Doenges. Marylinn. E. (1999). Rencana asuhan keperawatan. Edisi III. Jakarta. EGC

Gaffar, La Ode Jumadi. (1999). Pengantar keperawatan professional. Jakarta. EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2002). Pengantar dokumentasi proses keperawatan. Jakarta. EGC.

Keliat, Budi Anna. (1991). Proses keperawatan. Jakarta. EGC
Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1. Jakarta. Media Aesculapius.

Rani, A. Aziz. (1997). Gastroenterologi hepatologi. Jakarta. CV. Sagung Seto
Syarifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat. Edisi 2. Jakarta. EGC

Sylvia and Wilson. (1994). Patofisiologi : konsep klinis proses penyakit. Buku 1 Edisi 4. Jakarta. EGC
Tucker, Susan Martin. (1998). Standar perawatan pasien. Volume 2. Jakarta. EGC